Kisah Orang Kaya dan Pengemis

Di suatu perkampungan kecil, tinggalah seorang yang sangat kaya raya. Setiap hari, dia membagi-bagikan sejumlah uang kepada anak-anak yang melintas dirumahnya. Mendengar kebiasaan orang kaya tersebut, maka semakin banyak anak-anak yang melintas didepan rumahnya. Bahkan beberapa remaja dan dewasa ikut mencoba peruntungan disaat si orang kaya tersebut membagikan uang kepada anak-anak. Walhasil, merekapun beruntung mendapatkan sejumlah uang yang nominalnya lebih besar dari yang diberikan kepada anak-anak.
Kabar itu langsung menyebar luas ke seluruh penduduk kampung tersebut. Kini, hampir setiap hari masyarakat di kampung tersebut, dari mulai anak-anak, remaja hingga dewasa njagong (duduk-duduk menunggu) di sekitar rumah orang kaya tersebut. Begitu orang kaya tersebut membuka pagar, maka semua warga berdesakan seraya memohon diberikan sejumlah uang.
“Saya, Pak!”
“Saya, Pak!”ujar mereka seraya menengadahkan tangannya ke atas.
Awalnya si orang kaya tersebut memberikan sejumlah uang kepada semua orang yang berkumpul di rumahnya. Namun karena jumlahnya semakin bertambah setiap harinya, maka si orang kaya tersebut menjadi seenak hatinya. Kadang hanya memberikan uang khusus untuk anak-anak saja, kadang kepada semuanya. Tak jarangpula dia membentak ibu-ibu muda yang ikut mengantre minta jatah uang padanya.
“Ini untuk anak-anak saja!”
“Yang sudah punya suami, tidak boleh minta!”
“Sudah kerja, tidak boleh minta!”ujar si kaya.
Namun sayangnya mereka tak peduli dan tak malu meskipun dikatain seperti itu. Mereka terus merayu dan menghiba sehingga akhirnya orang kaya tersebut memberikan sejumlah uang kepada mereka.
Kebiasaan bagi-bagi duit membuat sebagian besar masyarakat di kampung tersebut bermental pengemis. Terbukti dari mulai pagi hari, anak-anak yang hendak berangkat sekolah selalu menyempatkan diri nongkrong di depan rumahnya seraya memanggil si orang kaya.
“Pak, minta uang buat saku sekolah!”teriak salah seorang anak.
Mungkin merasa kasihan, si empunya rumah keluar dan membagikan uang kepada anak-anak. Merasa senang, keesokan harinya dia datang lagi dan membawa teman lebih banyak lagi. Semua anak hampir bisa dikatakan mulai ketagihan mengemis.
Sore harinya, bukan hanya anak-anak yang siap mengantre di depan rumahnya, karena remaja dan ibu-ibu juga siap menyerbu kalau si orang kaya tersebut membagikan uangnya.
Malam harinya, beberapa lelaki dewasa mencoba peruntungan dengan nongkrong di pos dekat rumah si kaya. Gayungpun bersambut, orang tersebut keluar dan membagikan uang yang nominalnya setara dengan gaji pekerja dalam sehari. Berita tersebut langsung menyebar, beberapa laki-laki dewasa mulai ikut begadang dan menunggu peruntungan. Entah bagaimana ceritanya, si orang kaya tersebut seperti tidak pernah kehabisan uang. Semua orang yang begadang di sekitar rumahnya tidak hanya diberikan uang dalam jumlah besar, tapi juga disuruh membeli aneka makanan dan minuman untuk melengkapi nongkrongnya.
Kehidupan seperti itu terus berlanjut hingga bertahun-tahun lamanya. Nasihat Ustadz kepada anak-anak agar meninggalkan kebiasaan mengemis justru dimentahkan oleh orang tua mereka masing-masing.
Berikut ini beberapa alasan mereka untuk membungkam si Ustadz agar tidak melarang mereka untuk mengemis :
Ah, sudahlah, tidak usah didengerin tuh ustadz nyinyir aja!”
“Dasar sok suci tuh Ustadz, aslinya dia sendiri juga demen duit, Cuma gengsi aja”
“Dasar si ustadz sok suci, masih mending tuh orang kaya yang suka bagi-bagi duit, daripada dia, bisanya Cuma ngasih nasihat aja!”
“Duh, tidak usah ngasih dalil dech, kita lebih tahu mana yang terbaik untuk kita”
“Nyari duit itu susah, masa ada yang bagi-bagi sedekah, kita kagak boleh ambil?”
“Alah, nyari yang haram aja susahnya minta ampun, apalagi yang halal!”
 Semua orang di kampung tersebut terus saja memuja-muja orang kaya tersebut layaknya Allah Sang Pemberi Rezeki. Tak dipungkiri, dari hasil mengemis saja, anak-anak dan remaja di kampung tersebut sudah bisa membeli barang-barang impiannya sendiri, dari mulai handphone, ipad, baju, jalan-jalan, dan lain sebagainya. Bukan itu saja, gara-gara mengemis, ibu-ibu juga jadi mampu mencicil perabot, barang elektronik, dan sepeda motor. Bapak-bapak yang tadinya giat bekerja, menjadi males karena sudah mendapatkan sejumlah uang yang setara dengan gajinya.
“Ngapain capek-capek kerja, duduk manis disini saja sudah ada yang kasih jatah,”ujarnya
“Betul-betul,”jawab yang lain membenarkan.
Jumlah warga yang memutuskan menggantungkan rezekinya pada orang kaya tersebut terus bertambah setiap harinya. Herannya, harta tuh orang kaya seperti tidak ada habisnya, bahkan semakin bertambah banyak setiap harinya.
Suatu ketika, kabar duka menghantam seluruh warga perkampungan tersebut. Si orang kaya tersebut dikabarkan meninggal akibat serangan jantung. Mayatnya ditemukan di dalam kamar hotel dalam kondisi tubuhnya membiru.
Semua orang berusaha mengonfirmasi kebenaran berita tersebut pada keluarganya. Meskipun sudah dibenarkan oleh keluarganya, beberapa dari mereka seperti tidak percaya dan tidak terima dengan kenyataan pahit tersebut.
“Masa sih si bapak itu meninggal?”
“Kalau tidak ada bapak itu, gimana nih nasib kita?”
“Ah seperti mimpi saja, semoga saja tidak benar,”
Terdengar ibu-ibu terus membahas tentang kabar kematian si orang kaya tersebut.
Hampa dan kecewa, itulah yang mereka rasakan semenjak kepergian si orang kaya tersebut. Mau tidak mau, beberapa ibu dan bapak-bapak harus kembali bekerja esktra keras untuk memenuhi kebutuhannya. Beberapa yang lainnya memilih pasrah ketika barang-barang miliknya disita karena tidak mampu membayar cicilannya. Yang mengenaskan lagi, beberapa anak yang terbiasa mendapatkan uang dengan mudah justru memilih mengemis dan mengamen di jalan raya.
(Ini merupakan kisah nyata yang terjadi di sebuah perkampungan kecil di tengah kota "S")

Pelajaran yang bisa dipetik dari kisah diatas, antara lain :

  • Memberi memang lebih baik daripada menerima, namun sebisa mungkin bijaklah kepada siapa Anda memberi. Jangan sampai kebiasaan Anda memberi, justru mengakibatkan seseorang menggantungkan diri pada Anda dan menjadi pemalas.
  • Rejeki bisa datang darimana saja dan melalui tangan siapa saja, tapi yakinlah bahwa semua rejeki seluruh makhluk di dunia ini sumbernya hanya satu, yakni Allah Sang Maha Pemberi Rejeki.
  • Sedekah tidak membuat rejeki berkurang, sebaliknya justru membuat rejeki semakin melimpah.
  • Tidak ada yang abadi di dunia ini, sekaya atau sepintar apapun, mereka tetap akan merasakan mati karenanya jangan pernah menggantungkan harapan kepada manusia
Loading...
Previous
Next Post »