Inilah Bripda Taufik, Polisi Sederhana yang Tinggal di Bekas Kandang Sapi

Saat melihat polisi, pastilah kita berpikir kalau kehidupannya pasti berkecukupan bahkan bisa terbilang mapan. Namun ternyata ada satu soosk yang hidupnya sangat sederhana, bahkan tempat tinggalnya merupakan bekas kandang sapi yang tidak layak huni. Dialah Bripda Muhammad Taufiq Hidayat, yang saat ini berdinas di Sabhara Polda DIY. Saat ini, sosok Taufik menjadi perbincangan hangat lantaran kisahnya yang cukup menguras air mata bagi yang mengetahuinya.
Dia dan keluarganya tinggal di Bangunan semi permanen, tepatnya di Jongke Tengah, Sendangadi, Mlati, Sleman. Kondisi rumahnya sangat mengenaskan, karena dulunya merupakan kandang sapi, bahkan tak jauh dari rumahnya kini masih berdiri kandang sapi. Bisa dibayangkan bagaimana setiap harinya mereka harus rela mencium bau kotoran sapi karena rumahnya tidak tertutup sempurna. Ada rongga besar terbuka yang hanya ditutup kain seadanya.
Setiap berangkat dinas, Taufiq yang lahir pada 25 Maret 1995 ini harus rela jalan kaki sejauh 7 KM karena dia tidak memiliki kendaraan. Menurut ceritanya, dia bangun subuh, setelah shalat dia berangkat menuju Mapolda DIY. Kadang kalau bertemu temannya di jalan, dia baru mendapat tumpangan. Meskipun bangun sudah subuh,  Taufiq mengaku masih sering terlambat masuk dinas. Akibatnya atasannya merasa curiga dan menanyakan alasan keterlambatan Taufiq. Setelah memberikan penjelasan dan kebenarannya sudah dicek, akhirnya sang atasan memberikan pinjaman sepeda motor pribadinya.
Namun karena tidak ingin terlambat, maka Taufik kini memutuskan tinggal di barak Dit Sabhara Polda DIYbersama 100-an teman-temannya. Di mata teman-temannya, Bripda Taufiq merupakan sosok yang periang, sehingga teman-temannya tidak ada yang mengira kalau kondisi ekonominya sangat minim begitu. 

Siapakah Sosok dibalik Kesuksesan Taufiq

Taufiq berasal dari keluarga yang sangat sederhana. Dia lahir dari pasangan Triyanto dan Martinem. Ayahnya Triyanto hanyalah seorang kuli bangunan dengan 4 orang anak, salah satunya adalah Taufiq. Penghasilan Triyanto sebagai kuli bangunan sangat pas pasan dan hanya mampu untuk mencukupi kebutuhannya sehari-hari. Bahkan karena keterbatasan tersebut, anak-anaknya harus rela menunggak biaya sekolahnya. Sebelumnya, demi membantu keuangan keluarga dan biaya adik-adiknya, Taufiq rela bekerja sebagai tukang gali pasir di sungai Gendol. Baru setelah lulus SMK, taufik bekerja sebagai pembina Pramuka merangkap asisten perpustakaan di sekolahnya dulu.
Sang ayah tidak diberitahu ketika anaknya mendaftar jadi polisi, namun pada saat sidang kelulusan, dia diajak oleh sang anak. Sang ayah sempat takut kalau sampai harus membayar sejumlah uang untuk melancarkan Taufiq masuk ke kepolisian, karena memang kondisinya tidak memungkinkan untuk itu.
Dan kabar baikpun menghampiri, ternyata Taufiq lolos seleksi dan bersiap  menjalani masa pendidikannya. Setelah selesai menjalani masa pendidikannya, dia ditempatkan di satuan Sabhara polda DIY. Taufiq berniat memberikan gaji pertamanya untuk sang ayah.

Tidak percaya Lolos Menjadi Polisi

Waktu itu, Taufik ikut tes masuk polisi secara murni tanpa membayar sepeser uang pun. Namun akhirnya dia lolos dari tes dan mengikuti pendidikan di Sekolah Polisi Negara Selopamioro, Imogiri, Bantul.  Kini dia bergabung di korp Bhayangkara. Antara percaya dan tidak, waktu dinyatakan lolos, dia sampai meminta sang ayah untuk menampar wajahnya agar yakin bahwa ini bukanlah mimpi.
Setelah lulus  dari SMKN 1 Sayegan tahun pada tahun 2013, Taufik bekerja menjadi staf perpustkaan di SMK-nya tempat ia mengenyam pendidikan dulu. Setelah tahun 2014, dia nekat bergabung dalam penerimaan Brigadir Polri yang diselenggarakan oleh Polda DIY. Karena waktu SMK dia aktif di kegiatan kepramukaan, maka dia sangat termotivasi untuk menjadi polisi. "Bapak tidak tahu kalau saya mendaftar di kepolisian, saat sidang kelulusan baru saya mengajak bapak saya," ceritanya.
Sang ayah yang waktu daftar tidak diberitahu, namun pada saat sidang kelulusan barulah sang ayah diajak. Sang ayah mengaku merasa senang dan bangga anaknya menjadi polisi. Bahkan ketika pelantikan, ayahnya datang dan memeluknya erat. Karena tidak memiliki kendaraan, sang Ayah datang ke pelantikannya di SPN Selopamioro Imogori Bantul diantarkan oleh Guru SMK, teman kerja Taufiq sebelum menjadi polisi.
(Sumber : TribunNews)
Loading...
Previous
Next Post »