Masih Galau Menunggu Hadirnya Keturunan? Simak Jurus Ampuhnya!”

 

Suatu ketika, seorang teman yang boleh dibilang sangat sukses pernah berkunjung ke rumah. Dia terlihat bengong, melihat ketiga anakku bermain ceria. Lalu, pembicaraan kamipun beralih ke anak. ”anak kamu berapa?” Terlihat galau diwajahnya, dengan berat dia menjawab,”entahlah, sampai sekarang kami masih belum diberi keturunan, padahal hasil lab kami ”ËXELENT”. Aku bisa melihat kesedihan dimatanya, karena itu akupun terus menyemangati dan mendoakannya. 

Keturunan merupakan salah satu tujuan utama dari pernikahan, oleh karena itu kehadirannya sangat diharapkan oleh pasangan suami istri. Di awal-awal pernikahan, pasangan suami istri bisa saja bersabar atas ujian ketidakhadiran keturunan, namun seiring berjalannya waktu masalah ini seringkali memicu cekcok antara suami istri, bahkan menjadi alasan terjadinya perceraian.
Perceraian karena masalah keturunan sangatlah tidak etis dan menunjukkan betapa sempit dan kerdilnya pikiran manusia. Sekarang bayangkan saja? Pernikahan suci yang dibangun atas nama Allah bisa begitu mudahnya digoyangkan hanya karena masalah ketidakhadiran keturunan, padahal siapa sich yang memberikan keturunan?
Sebagai muslim yang cerdas, kita harus meyakinkan diri bahwa Allah Maha Pembentuk dan Maha Berkehendak. Jika segala upaya, baik medis maupun non medis sudah dilakukan untuk mendapatkan keturunan, namun tak juga mendapatkan hasil yang memuaskan. Maka tinjaulah kembali keinginan Anda, sudah benarkah jalan yang Anda tempuh? Adakalanya manusia terlalu fokus dengan usaha duniawi untuk mendapatkan keturunan sehingga melupakan bahwa ada satu tempat terbaik untuk memohon dan berikhtiar tentang masalah keturunan, yakni Allah SWT.
Bukankah sudah diceritakan dalam kitabullah Al Quran tentang keajaiban sebuah doa pengharapan akan hadirnya keturunan oleh nabi Zakaria dan nabi Ibrahim as. Dalam kisah tersebut diceritakan bahwa Nabi Zakaria memiliki seorang istri yang mandul. Sudah lama dia begitu mendambakan kehadiran buah hati, namun hingga usianya terus menua, keinginan tersebut tak jua terpenuhi. Meskipun demikian, nabi Zakaria tidak mau berputus asa untuk terus berdoa dan meminta kepada Allah. Dia sangat percaya, meskipun istrinya mandul dan usianya sudah renta, namun jika Allah menghendaki niscaya mereka akan mempunyai buah hati. Hasilnya? Istrinya yang sudah renta dan mandul akhirnya mendapatkan kesempatan untuk mengandung buah hatinya yang diberi nama Yahya. Begitupun dengan Nabi Ibrahim yang tak juga mendapatkan keturunan di usianya yang sudah renta hingga akhirnya berhasil mendapatkan amanah berupa keturunan setelah berusia 86 tahun.
 “Ya Tuhanku, sesungguhnya tulangku telah lemah dan kepalaku telah ditumbuhi uban, dan aku belum pernah kecewa dalam berdoa kepada Engkau, ya Tuhanku. Dan sesungguhnya aku khawatir terhadap mawaliku sepeninggalku, sedang istriku adalah seorang yang mandul, maka anugerahilah aku dari sisi Engkau seorang putra, yang akan mewarisi aku dan mewarisi sebahagian keluarga Ya’qub; dan jadikanlah ia, ya Tuhanku, seorang yang diridai” QS. Maryam [19]: 4 – 6.
Kurang ajaibkah kisah-kisah tersebut? Sungguh, tidak ada yang tidak mungkin kalau kita mau sungguh-sungguh meminta kepada_Nya. Masalah keturunan adalah masalah yang kecil bagi Allah, tinggal bagaimana kesungguhan kita dalam meminta dan memohon kepada_Nya. Bagaimana jika kita sudah meminta, namun tak juga diberikan karunia berupa kehamilan? Allah Maha tahu kesungguhan hati dan kesiapan hamba_Nya, karena itu berpikirlah positif kepada Allah.
Allah akan memberi keturunan jika kita sudah benar-benar siap. Yang dimaksud siap bukan hanya sekedar siap secara fisik dan materi, namun kesiapan menyangkut berbagai hal, antara lain : kematangan, kedewasaan, keimanan, dan masih banyak hal lainnya. Bagaimana jika kita sudah merasa benar-benar siap, namun Allah tak juga memberikan kesempatan pada kita? Kembali lagi, yang tahu siap atau tidaknya kita hanyalah Allah. Kita bisa saja berpikir, bahwa memiliki keturunan saat ini adalah yang terbaik. Tapi ingat, apa yang disampaikan Allah melalui firman_Nya berikut :
“Boleh jadi kamu membenci sesuatu padahal ia amat baik bagimu, dan boleh jadi pula kamu menyukai sesuatu padahal ia amat buruk bagimu, Allah mengetahui sedang kamu tidak mengetahui.” (QS. Al Baqarah : 216)
Ayat diatas menunjukkan bahwa manusia tidak bisa mendikte Allah, karena Allah yang Maha Mengetahui apa yang terbaik untuk hamba_Nya. Dalam menghadapi ujian ini, pasangan suami istri hendaknya saling menyadari bahwa masalah keturunan adalah hak prerogatif Allah. Manusia bisa saja berusaha, namun ketentuannya tetaplah berada ditangan Allah. Bersatulah untuk mengetuk pintu rejeki Allah dengan sungguh-sungguh, setelah itu bertawakallah untuk menanti hasil terbaik dari_Nya.
Okey dech, semoga artikel diatas dapat membuat hati pasangan suami istri yang tengah galau menanti pasangan menjadi lebih tenang dan tawakkal. Dan yang pasti, semoga Allah memberikan yang terbaik untuk kalian semua. Amiin. Mohon maaf atas segala khilaf.
Loading...
Previous
Next Post »