NUGGET AYAM TIREN

Riri sangat gelisah. Akhir-akhir ini, marak berita di televisi tentang pembuatan nugget dari ayam tiren atau ayam mati. Hii ... nugget dari bangkai? Riri jadi teringat kedua orangtuanya. Mereka menggantungkan hidupnya dengan berjualan nugget dan sosis keliling. Apakah mereka menggunakan ayam tiren juga? Duh...
****
“Na, kemarin nonton televisi? Katanya, nugget itu dibuat dari ayam tiren looh,” teriak Neci.
“Ihh.. aku ngeri sekali melihatnya. Kalau berita di televisi itu benar, aku tidak mau makan nugget lagi,” Nana menunjukkan wajah jijik.
“Ssttt… jangan keras-keras, orang tuanya Riri kan berjualan nugget,” kata Selfi sambil melirik ke arah Riri yang baru datang.
Riri melangkah menuju tempat duduknya, pura-pura tak mendengar. Dia malu sekali, jika orang tuanya jualan nugget dari ayam bangkai itu. Riri menunduk sedih.
“Hei, melamun saja kamu, Ri!” teriak Meli yang membuat Riri tersentak.
“Ehm, nggak kok,” jawab Riri singkat. Tapi dia tak bisa menyembunyikan matanya yang merah.
Meli kaget, “Kamu kenapa Ri, ada masalah?”
Riri menggeleng sambil tersenyum.
“Ceritakan padaku, siapa tahu aku bisa membantumu,” Meli menawarkan bantuan. Dia tak percaya Riri tak punya masalah. “Ayolah ...,” katanya memaksa.
Perlahan Riri mulai menceritakan masalah yang tengah mengganggu pikirannya. Meli mengangguk-angguk. 
Hari ini, waktu seperti merayap. Riri tak tahan berada di sekolah. Alangkah leganya, ketika bel sekolah berbunyi. Waktunya pulang. Riri berlari kencang. Sampai di rumah, dia menuju meja makan, dan membuka tudung nasi. “Nugget lagi,” gumamnya kecewa.
Sejak gencarnya televisi yang menyiarkan nugget berbahan ayam tiren, dagangan orang tuanya kurang laku. Banyak sisanya, akhirnya digoreng sendiri untuk lauk sehari-hari. 
“Ayo makanlah Ri, kamu pasti lapar.” Ibu tiba-tiba berdiri sudah beriri di belakangnya.
Riri diam terpaku, dia tak segera makan. Padahal, biasanya dia paling suka makan lauk nugget. Kini, Riri juga merasa ragu untuk memakan nugget itu.
“Bu, maafkan Riri jika menyinggung perasaan Ibu. Apakah benar, nugget itu terbuat dari ayam tiren?”
Ibu menghela nafas berat. “Ibu juga bingung Ri, Ibu membelinya dari distributor.”
“Jadi, berita yang di televisi itu benar Bu, kalau … ,” Riri menghentikan pertanyaannya.
“Ibu hanya menjual nugget-nugget itu ke sekolah. Masalah bahan pembuatannya, Ibu sama sekali tidak tahu.” Ibu tampak sedih.
“Tok … tok…!”  terdengar suara ketukan pintu.
Riri bergegas membukanya, “Eh, kamu Mel, silahkan masuk.”
Meli mencium tangan ibu Riri, setelah berbincang-bincang sebentar, akhirnya Meli mengutarakan maksud kedatangannya.
“Tante, saya minta izin mengajak Riri ke warnet. Ada tugas dari bu Sofi untuk membuat kliping tentang hewan-hewan ternak,”pamit Meli.
“Iya silahkan, hati-hati di jalan, ya!”pesan ibu disertai anggukan kedua gadis kecil itu.
Jarak antara Rumah Riri ke warnet tidak terlalu jauh, tak lama kemudian sampailah mereka ke tempat tujuan.
“Ri, bagaimana kalau kita membuat kliping tentang budidaya ayam potong?” tanya Meli.
“Iya, aku setuju,” jawab Riri sambil mencari materi tentang ayam potong.
Setelah semua materi tentang ayam potong sudah terkumpul, Riri beranjak dari tempat duduknya, tapi Meli masih asyik membaca.
“Ri, coba lihat deh,” teriak Meli antusias.
“Ada apa lagi, Mel?” tanya Riri penasaran.
“Aku menemukan solusi untuk masalah yang menimpamu kemarin,” kata Meli dengan ceria.
 “Memangnya, apa yang bisa kulakukan dengan internet Mel?” tanya Riri bingung.
“Kita bisa mencari resep pembuatan nugget dari internet, agar ibumu bisa membuatnya sendiri,” Meli menjelaskan.
“O, iya! Kenapa aku tidak berpikir sejauh itu ya?” Riri menepuk keningnya sendiri.
Tak perlu waktu lama, akhirnya Riri berhasil mendapatkan resep-resep yang diinginkan. Dengan telaten, Riri menuliskannya di buku catatan.
“Ibu pasti senang melihatnya,” gumam Riri dalam hati.
Kedua gadis cilik mengayuh pedal sepedanya meninggalkan warnet “Melati”. Mereka bergegas pulang ke rumah masing-masing.  Riri sudah tidak sabar ingin menunjukkannya resep pembuatan  nugget kepada ibunya.
Hari Minggu yang cerah, Ibu dan Riri belanja bahan-bahan ke pasar.  Mereka berniat praktek membuat nugget sendiri di rumah. 
Tangan lincah Ibu mengolah bahan-bahan yang tersedia, Riri ikut deg-degan menunggu hasil percobaan membuat nugget. Setelah dibaluri dengan tepung panir, Riri harus bersabar menunggu nugget-nugget itu didinginkan dalam kulkas.
“Lama sekali Bu, Riri sudah tidak sabar ingin mencicipi,” kata Riri.
Ibu tersenyum melihat anaknya yang semakin penasaran, “Sabar dong Ri.”
Setelah hampir dua jam menunggu, akhirnya nugget siap dihidangkan.  Dengan cepat Riri mengambil nugget itu, dia tak peduli masih panas.
“Hemm.. enak sekali, Bu,” ujar Riri sambil menikmati nugget buatan sang ibu.
“Benarkah?” lalu Ibu mengambil nugget untuk dicicipi, ”Kita berhasil Ri, nugget ini enak sekali.”
“Siapa dulu dong yang cari resepnya? Riri,” ujarnya sambil tertawa riang.
“Terima kasih, Nak, karena kamu, Ibu jadi tahu cara bikin nugget sendiri, tidak sia-sia ibu menyekolahkan kamu,” kata Ibu sambil memeluk Riri.
Sejak saat itu orang tuanya Riri menjadi produsen nugget yang terkenal di kotanya. Beraneka rasa nugget berhasil mereka ciptakan. Ada rasa ayam, udang, ikan, dan sayur.  Kini kehidupan Riri dan keluarganya mengalami perubahan, mereka tidak perlu capek-capek membuat atau mengirim nugget ke warung-warung karena sekarang mereka mempunyai beberapa karyawan untuk membantu usahanya.
Cerpen Anak ini dimuat di Radar Bojonegoro. Bagi yang mau kirim, silahkan hubungi : kenalyan@co.id. Semoga beruntung!
Loading...
Previous
Next Post »