Rumah, Surga Dunia yang Tak Tergantikan

Tiga buah hatiku
Baiti Jannati yang artinya rumahku adalah surgaku. Demikianlah saya mengartikannya, karena disinilah saya menghabiskan seluruh waktu bersama keluarga kecil saya.  Meskipun terbiasa tinggal di sebuah desa terpencil di Lereng Gunung kelud yang udaranya super dingin, namun tidak menjadikan saya berat ketika 10 tahun ini harus ikut suami dan menjalankan ibadah puasa di kota Sidoarjo yang cuacanya cukup panas.
Rasanya hampir tak adalagi yang perlu dikeluhkan, apalagi suami sudah menyiapkan sebuah rumah tinggal yang nyaman. Rumah sederhana hasil jerih payah kami selama sepuluh tahun menjalani biduk rumah tangga menjadi hadiah terindah yang tak akan tergantikan oleh apapun. Kebahagiaan saya di rumah semakin lengkap oleh kehadiran tiga buah hati yang selalu menghiasi rumah dengan tawa, tangis, dan tingkah polahnya.

Moment bulan ramadhan bersama keluarga selalu special, meskipun kami sudah berkali-kali melaluinya. Di bulan ramadhan penuh rahmat ini, saya berusaha menggapai surga dari rumah. Hem, memangnya bisa menggapai surga dari rumah? Tentu saja bisa, toh Rasulullah sendiri sudah menyebutkan dalam salah satu hadits, berikut ini :
Rasulullah SAW bersabda, “Apabila seorang wanita (istri) itu telah melakukan shalat lima waktu, puasa bulan Ramadhan, menjaga harga dirinya dan mentaati perintah suaminya, maka ia diundang di akhirat supaya masuk surga berdasarkan pintunya mana yang ia suka (sesuai pilihannya),” (HR. Ahmad, Ibnu Hibban dan Thabrani).
Selain berusaha meneladani apa yang disebutkan dalam hadits diatas, ada cara lain yang bisa saya lakukan untuk menggapai surga di rumah, diantaranya : mendampingi anak-anak bermain, mengajarkan anak-anak mengaji/berdoa/solat, dan lain sebagainya. Saat bulan ramadhan begini, biasanya anak-anak akan lebih anteng bermain di rumah, karena saya selalu menasihati mereka agar tidak beraktivitas berlebihan selama puasa.

Bulan puasa bertepatan dengan liburan sekolah, membuat Sulungku kreatif menciptakan kesibukan sendiri bersama adik-adiknya di rumah, diantaranya : membaca buku, main game, menonton film kesayangan di youtube, menyiram bunga di teras rumah, dan lain sebagainya. Agar anak-anak tidak merasa bosan dan tetap semangat menjalankan puasanya, saya berusaha menciptakan kegiatan seru bareng mereka, diantaranya :

•    Membuat cemilan untuk berbuka

Meskipun anak cowok, namun bukan berarti dua putra saya tidak tertarik membantu di dapur. Apalagi kalau membuat kue kesukaannya, yakni : donat, cireng, martabak, nugget, dan lain sebagainya.
Saat membuat adonan menjadi moment yang cukup heboh. Bagaimana tidak, ketiganya berebut ingin membantu menguleni adonan, walhasil tepung berantakan di dapur. Geli bercampur gemes sich, tapi saya berusaha sabar asalkan anak-anak merasa happy menjalaninya.

•    Menata hasil olahan saya ke lemari makan

Hasil masakan saya
Jarak antara dapur dan lemari makanan lumayan jauh, karena itu biasanya anak-anak akan saling bahu membahu membawa makanan untuk disimpan di lemari makan yang letakkan di ruang makan. Sebenarnya saya tidak pernah meminta mereka melakukannya, tapi mereka selalu memaksa. Tidak ingin anak-anak kecewa, akhirnya sayapun mengiyakan saja dengan syarat harus hati-hati dan tidak boleh ada makanan yang tumpah/bercecer di rumah agar ibunya tidak perlu kerja dua kali.

•    Buka puasa bersama

Buka puasa bersama termasuk moment paling heboh yang selalu hadir tiap ramadhan.  Lesehan merupakan cara terindah bagi kami untuk menikmati menu buka puasa. Saat menunggu buka puasa, biasanya anak-anak suka iseng memukul pintu sembari bilang, “Ibu sudah waktunya bukaa!”
Saya dan suami hanya tersenyum seraya menggeleng-gelengkan kepala. Ketika adzan terdengar, sulung langsung menyambar piring dan gelas minuman. Lagi-lagi kami harus tertawa geli saat melihat si sulung kalap makan saat berbuka puasa, maklum namanya juga anak-anak. Namun setelah dinasihati, akhirnya dia menyadapi kebiasaan tersebut tidak baik untuk kesehatan.

•    Terawih bersama

Di rumah kami, terdapat mushala kecil yang kami manfaatkan untuk menjalankan ibadah solat berjamaah, termasuk salat tarawih. Meskipun belum begitu mengerti, namun bungsuku tetap bersemangat mengikuti gerakan shalat.

•    Makan sahur bersama

Sebagai ibu, saya berusaha tidur lebih awal agar bisa terjaga lebih awal pada saat makan sahur. Jam 03.00 saya selalu bangun dan mulai menyiapkan makanan dan minuman untuk makan sahur. Baru setelah semuanya siap, saya membangunkan mereka.
Ramadhan di rumah saya tidak hanya seru tapi juga sangat mengesankan. Moment tersebut akan terus kami pupuk dan lestarikan agar kelak ketika anak-anak besar, mereka akan terus terkenang dan mengingat moment indah bersama orang tuanya setiap ramadhan.
Loading...
Previous
Next Post »