Jangan Takut Menikah, Apalagi Hanya Karena Kamu Belum Mapan

Cinta Putih Zahraa - Banyak yang bilang menikah itu harus menunggu mapan, tapi apa sich definisi mapan itu? Apakah ketika seseorang sudah punya pekerjaan tetap dengan gaji besar, sudah punya rumah, sudah punya kendaraan dan label-label kesuksesan duniawi lainnya. Jika demikian yang dicari, apa iya kita bisa dengan mudah menemukannya? Kalau bisa menemukan dengan cepat sich nggak apa-apa, tapi bagaimana jika di usia Anda yang hampir mendekati kepala tiga, namun kriteria yang dimaksudkan tak kunjung ditemukan. Apa iya, kita harus bergalau-galau ria menunggu yang tak jelas, sementara kita tahu bahwa Allah bisa saja membuat seseorang kaya raya dan mapan setelah menikah. Bukankah banyak lelaki yang awalnya biasa saja, mendadak rejekinya jadi lancar setelah menikah, bahkan seseorang yang tadinya miskin mendadak sukses setelah menikah dan mungkin masih banyak kisah-kisah kesuksesan lainnya. Memang itulah janji Allah pada seseorang yang menikah, dadi tak perlu mencari jodoh dengan kriteria setinggi itu hanya karena kita ingin kaya dan hidup enak setelah menikah.
Ini Dia janji Allah yang akan memampukan siapapun yang menikah :
Dan kawinkanlah orang-orang yang sendirian diantara kamu dan orang-orang yang layak (berkawin) dari hamba-hamba sahayamu yang laki-laki dan perempuan. Jika mereka miskin Allah akan memampukan mereka dengan karunia-Nya. Dan Allah Maha Luas (Pemberian-Nya) lagi Maha Mengetahui“. (An Nuur: 32)
kaya setelah menikah, kenapa enggak? http://i9bal.com

Menjadi Kaya Setelah Menikah Itu Nyata Banget!

Kaya itu relatif banget, karena diatas langit kan masih ada langit. Jadi definisi kaya antara satu orang dengan lainnya tentu berbeda. Bisa jadi, seseorang dianggap kaya ketika sudah memiliki mobil, namun bisa jadi setelah memiliki banyak sawah, properti, atau yang lainnya. Dan menurut penulis sendiri yang dimaksud kaya itu adalah perasaan cukup. Yach, cukup Allah beri rumah, mobil, anak, tabungan, dan lainnya ahaay banget khaan!!
Mengenai pengalaman dimampukan Allah setelah menikah, sungguh itu nyata banget saya alami sendiri. Seperti diceritakan pada kisah sebelumnya bahwa saya dan suami tidak saling kenal satu sama lain sebelum menikah. Dari perkenalan singkat melalui handphone, kami saling kenal dan saling diskusi aja. Eh, nggak tahu kenapa kok hati kami saling cocok satu sama lain, padahal kita nggak pernah saling tahu wajah masing-masing, apalagi sifat asli, keluarga dan lain-lainnya sebagaimana calon suami isteri pada umumnya. Asal cocok aja, si suami udah beli cincin dan siap memboyong keluarganya untuk melamarku. (aneh banget tapi nyata). Akunya waktu itu mah santai-santai aja, kupikir hanya main-main atau bercanda aja.
Orang tuanya mencak-mencak, sudah jelas dong, secara menikah itu bukan main-main dan juga bukan untuk satu atau dua tahun aja. Akhirnya si dia dipaksa datang untuk menemui orang tuaku (itu cerita versi mertua ketika mengenang kisah kami). Takut dan galau sudah pasti, secara hati mungkin kita cocok, bagaimana dnegan fisik? Oh My God, akhirnya kami berdua saling meyakinkan bahwa apapun yang terjadi, sejelek apapun fisik kita, kita akan tetap saling menerima. Malam harinya, aku bilang sama ayah dan ibuku, bahwa akan ada seseorang yang silaturrahmi ke rumah. Aku bilang, kalau dia ingin melamarku, tolong katakan iya aku terima,"begitulah pesanku sama ayah hihihi... konyol banget. Apa kata ayahku, "jangan sembarangan, menikah itu bukan main-main, Nak, yang kenal dan saling tahu aja belum tentu cocok, lah ini kamu baru kenal lewat telepon aja". Apapun pendapat ayahku, aku tetap memohon agar beliau mau menerima si calonku yang akan datang besok.
Seminggu sebelum sepakat memboyong keluarganya untuk melamarku, kami baru ketemuan untuk pertama kalinya. Dia memperkenalkan diri pada orang tuaku dan langsung minta ijin untuk melamarku, hasyah... terlalu gentle menurutku untuk ukuran baru kenal gitu loh... Dan, ternyata keberanian si dia berhasil membuat ayahku terpukau dan merasa yakin untuk bilang "OKE, Anda diterima untuk menjadi calon mantu".
Dan, seminggu berlalu dengan cepatnya dan sesuai janjinya, si Diapun datang bersama keluarganya untuk melamarku. Karena dia masih kuliah sambil menjadi ASDOS di universitas swasta di Surabaya, lalu disepakati bahwa kami menikah setelah si dia wisuda. Aku dan keluargaku sich okey-okey saja, eh tapi si dianya sepertinya tidak bisa menunggu lama. Akhirnya keluarga besar kami memutuskan untuk menikahkan kami meskipun si dia bisa dibilang belum mapan secara ekonomi. Aku sendiri, sejak lamaran terjadi, si dia memintaku untuk resign dan dia juga memintaku untuk tidak bekerja setelah menikah. Dengan modal Bismillah, kamipun menikah dan SAH menajdi suami isteri.
=========================================================================
Setelah menikah, suami baru nyadar kalau dia sudah menjadi suami yang harus memberikan uang belanja pada isterinya dan mencukupi segala kebutuhan kami. (Uwoww banget, khaan?) Padahal dikantongnya cuma ada duit 80 ribu doang, duh! Dan benar saja, itu uang belanja yang dia berikan untuk pertama kalinya padaku hihihi (asli meringiss banget!). Dia berikan uang itu sambil memintaku untuk bersabar karena dia juga masih belajar menjadi suami dan dia juga berjanji kalau akan bekerja keras agar bisa memberikan uang belanja lebih padaku.
Keesokan harinya, ketika dia pergi ke kampus untuk ngajar, aku berinisiatif membersihkan lemari di kamar kami sembari mencari-cari, siapa tahu ada surprise, eh mungkin dia sok melarat untuk mengetest aku aja, apakah aku setia meskipun dia tak punya uang? Dan tebakanku ternyata salah, dia memang nggak punya uang tabungan atau uang-uang apapun yang disembunyikan dariku. Ampunilah hambamu dech... (Yasudahlah, mungkin inilah jawaban Allah atas  mulai dari NOL, fix dech hihihihi)
Sepulang dari kampus, dia memberikan sejumlah uang lagi padaku, alhamdulillah banget. Dia mengajakku membeli perkakas yang kubutuhkan, seperti : kaca rias, gantungan baju, tempat air dan berbagai keperluan lainnya. Dia memintaku untuk mengatur sisa uang untuk biaya makan sehari-hari. Awalnya aku mainkan aja uang yang kira-kira tinggal 300 ribuan lah, "duit segini buat sebulan?"ampun banget dech, padahal waktu aku masih bujang, duit segini mah dibawa ke mall sehari buat beli pulsa ama bedak trus makan, udah habis, tapi ini buat sebulan??" Yaudah dech, sabaaar,"bisikku sambil elus dada sendiri..
Berhemat sich sebenarnya bukan hal yang sulit kulakukan secara aku juga dilahirkan dari keluarga yang biasa-biasa aja. Hampir tiap hari aku masak sederhana banget, dari mulai sayur sop, sayur asem, dan sayur bening bayam. Untuk lauk mah, cukup tahu sama tempe ajaa dibolah-balik dari mulai digoreng, disambel, dipenyet, diorek dan lainnya. Saking seringnya melihat aku belanja tahu sama tempe, sampai mertuaku bercandain aku makannya selalu HAPE alias tahu Tempe hihihi... Sabaaar....
Satu bulan lamanya kami makan ikan HAPE terus, sampai pada akhirnya akupun hamil. Stres dan belum siap, itulah yang kurasakan karena kondisi ekonomi kami masih begini kok sudah diberikan kehamilan. Mual muntah dan rasa tidak nyaman membuatku semakin lemah. Makanan apapun tak bisa masuk, yang aku mau hanya satu, yakni : pulang ke rumah ibuku. Aku pengen makan masakan kampung yang simpel yang tidak banyak bumbu he he eh...
Gantian suami yang stress, dia berusaha melakukan apapun asalkan aku mau makan dan bahagia. Tapi ya tetep aja, aku gak mau makan kalau masakannya makanan khas sidoarjo. Nggak tahu gimana ceritanya, suami mencarikan tumis daun singkong yang aku mau. Dan akupun ternyata cocok, alhamdulillah lumayan masuk makanan itu. Besoknya ketika ditinggal ke kampus, suami menyediakan cemilan-cemilan kesukaanku.
Masalah makan beres, ganti masalah lainnya. Aku stres mikirin biaya lahiran anakku kelak, secara kami memang belum mempunyai tabungan sama sekali. Aku pengen kerja agar bisa segera menabung untuk bayi dalam kandunganku. Kami sempat berdebat yang pada akhirnya suami memintaku bersabar, dia minta diberi kesempatan untuk membuktikan bahwa dia bisa mencukupi kebutuhan kami. Akupun mengalah dan tak lagi menuntut untuk kerja diluar, tapi aku minta agar dicarikan kesibukan karena aku stres kalau harus diam dirumah tanpa ada aktivitas.
Dan akhirnya Allah bukakan ide usaha untukku, berbekal komputer milik suami semasa menjadi mahasiswa dan beberapa komputer jadoel yang kami beli dengan harga murah, akhirnya suami mengajariku membuka usaha jasa pengetikan.  LANJUT Isteri tak Bekerja, Penghasilan Jadi Timpang
Alhamdulillah.. dari uang belanja 80 ribu saja, kini Allah mampukan kami menghidupi ketiga buah cinta kami dan alhamdulillah juga meskipun gak sebagus istana, Allah berikan kemampuan pada kami memiliki gubuk untuk tempat kami berteduh. Jadi Teman, menikah itu tak perlu menunggu kita mapan, karena sesungguhnya Allah akan memapukan kita yang menikah.
Loading...
Previous
Next Post »