Kerugian menjadi Haters di Dunia dan Di akhirat - Mungkin kebanyakan dari Anda tidak asing lagi dengan yang namanya Haters, bukan? Yup, haters merupakan pembenci atau sekelompok orang yang membenci seseorang atau suatu kelompok (biasanya public figure) karena suatu sebab tertentu. Namanya pembenci, mereka akan terus berusaha mencari-cari kesalahan, keburukan ataupun kekurangan orang yang dibencinya tersebut, bahkan mereka tak segan-segan menyebarluaskan ke media social, seperti : facebook, twitter, Instagram, dan lainnya. Tidak hanya menyerang seseorang/kelompok yang dibencinya saja, karena seringkali para Haters juga menyerang dan membully anggota keluarga, saudara, anak, dan juga orang-orang yang ada didekatnya. Kejam sekali, bukan?
Apa Untungnya jadi haters? |
Kerugian menjadi haters di dunia dan di akhirat
Mungkin sebagian dari kita merasa heran, apa sich untungnya menjadi haters. Keuntungannya sich, mungkin mereka bisa merasa puas karena berhasil melampiaskan kebenciannya, menjatuhkannya, bahkan sebisa mungkin menghancurkan karier atau nama baik orang yang dibencinya. Dibandingkan keuntungannya, mungkin kerugian menjadi haters jauh lebih banyak dan mungkin layak banget diperhitungkan. Apa sajakah kerugian menjadi haters? Simak kerugian menjadi haters di dunia dan di akhirat, berikut ini :
Ucapan atau doa buruk pada orang yang dibencinya, akan kembali padanya
Haters seringkali melaknat, menyumpahi atau mendoakan orang yang dibencinya dnegan doa-doa yang buruk. Hati-hati, karena bisa jadi doa tersebut akan kembali pada Anda sendiri.
Dalam suatu hadits dari Abu Darda’ radhiyallahu ‘anhu, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Sesungguhnya seorang hamba apabila melaknat sesuatu, niscaya laknatnya akan naik ke langit, maka tertutuplah pintu-pintu langit hingga ia (laknat -ed) tak dapat masuk, maka kembalilah ia terhujam ke bumi, akan tetapi pintu-pintu bumi pun tertutup untuknya, maka ia berputar-putar ke kanan dan kiri, dan jika tak menemui jalan keluar (menuju sasarannya), maka ia akan tertuju pada orang yang dilaknat jika memang ia pantas untuk dilaknat, akan tetapi jika tidak pantas, maka ia akan kembali kepada orang yang mengucapkan laknat tadi.” (HR. Abu Daud)
Dalam suatu hadits dari Abu Darda’ radhiyallahu ‘anhu, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Sesungguhnya seorang hamba apabila melaknat sesuatu, niscaya laknatnya akan naik ke langit, maka tertutuplah pintu-pintu langit hingga ia (laknat -ed) tak dapat masuk, maka kembalilah ia terhujam ke bumi, akan tetapi pintu-pintu bumi pun tertutup untuknya, maka ia berputar-putar ke kanan dan kiri, dan jika tak menemui jalan keluar (menuju sasarannya), maka ia akan tertuju pada orang yang dilaknat jika memang ia pantas untuk dilaknat, akan tetapi jika tidak pantas, maka ia akan kembali kepada orang yang mengucapkan laknat tadi.” (HR. Abu Daud)
Masuk penjara
Mungkin banyak yang menganggap jika kita bebas berkoar-koar di media social, namun tahukah jika semua juga ada batasannya. Apalagi saat ini ada Undang-Undang ITE yang mengatur tentang pencemaran nama baik. Jika seseorang yang Anda benci tidak terima dengan perlakuan Anda, bersiaplah menghadapi tuntutan dan menjadi salah satu penghuni penjara.
Mendapat balasan di akhirat sebagai pelaku ghibah
“Hai orang-orang yang beriman, jauhilah kebanyakan purba-sangka (kecurigaan), karena sebagian dari purba-sangka itu dosa. Dan janganlah mencari-cari keburukan orang dan janganlah menggunjingkan satu sama lain. Adakah seorang diantara kamu yang suka memakan daging saudaranya yang sudah mati? Maka tentulah kamu merasa jijik kepadanya. Dan bertakwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah Maha Penerima Taubat lagi Maha Penyayang.” (Q.S Al Hujuraat[49]: 12)
Dalam sebuah hadits, Rasulullah Saw bersabda: “Ketika saya di Mi’rajkan saya telah melihat suatu kaum yang berkuku tembaga digunakan untuk mencakar muka dan dada mereka sendiri, maka saya bertanya kepada Jibril: Siapakah mereka itu? Jawabnya: Mereka yang makan daging orang dan mencela kehormatan orang (yakni Ghibah)” (H.R Abu Dawud dari Anas ra.)
Dalam sebuah hadits, Rasulullah Saw bersabda: “Ketika saya di Mi’rajkan saya telah melihat suatu kaum yang berkuku tembaga digunakan untuk mencakar muka dan dada mereka sendiri, maka saya bertanya kepada Jibril: Siapakah mereka itu? Jawabnya: Mereka yang makan daging orang dan mencela kehormatan orang (yakni Ghibah)” (H.R Abu Dawud dari Anas ra.)
Menjadi orang yang bangkrut di akhirat
Memiliki pahala shalat, puasa, zakat, haji maupun amalan lainnya bisa saja hilang karena digunakan untuk menebus dosa-dosa akibat kedzaliman yang kita lakukan pada orang lain, seperti : mencela, menuduh tanpa bukti, mencaci maki dan lainnya.
“Tahukah kalian siapakah orang yang bangkrut itu?” Mereka menjawab: “Orang yang bangkrut di kalangan kami adalah orang yang tidak memiliki dirham dan tidak pula memiliki harta/barang.” Rasulullah bersabda: “Sesungguhnya orang yang bangkrut dari umatku adalah orang yang datang pada hari kiamat dengan membawa pahala shalat, puasa, dan zakat. Namun ia juga datang dengan membawa dosa kedzaliman. Ia pernah mencerca si ini, menuduh tanpa bukti terhadap si itu, memakan harta si anu, menumpahkan darah orang ini dan memukul orang itu. Maka sebagai tebusan atas kedzalimannya tersebut, diberikanlah di antara kebaikannya kepada si ini, si anu dan si itu. Hingga apabila kebaikannya telah habis dibagi-bagikan kepada orang-orang yang didzaliminya sementara belum semua kedzalimannya tertebus, diambillah kejelekan/ kesalahan yang dimiliki oleh orang yang didzaliminya lalu ditimpakan kepadanya, kemudian ia dicampakkan ke dalam neraka.” (HR Muslim no. 6522)
Di dalam riwayat yang lain, Rasulullah SAW juga bersabda:
“Siapa yang pernah berbuat kedzaliman terhadap saudaranya baik menyangkut kehormatan saudaranya atau perkara-perkara lainnya, maka hendaklah ia meminta kehalalan dari saudaranya tersebut pada hari ini (di dunia) sebelum (datang suatu hari di mana di sana) tidak ada lagi dinar dan tidak pula dirham (untuk menebus kesalahan yang dilakukan, yakni pada hari kiamat). Bila ia memiliki amal shalih diambillah amal tersebut darinya sesuai kadar kedzalimannya (untuk diberikan kepada orang yang didzaliminya sebagai tebusan/pengganti kedzaliman yang pernah dilakukannya). Namun bila ia tidak memiliki kebaikan maka diambillah kejelekan orang yang pernah didzaliminya lalu dipikulkan kepadanya.” (HR Al-Bukhari no. 2449)
“Tahukah kalian siapakah orang yang bangkrut itu?” Mereka menjawab: “Orang yang bangkrut di kalangan kami adalah orang yang tidak memiliki dirham dan tidak pula memiliki harta/barang.” Rasulullah bersabda: “Sesungguhnya orang yang bangkrut dari umatku adalah orang yang datang pada hari kiamat dengan membawa pahala shalat, puasa, dan zakat. Namun ia juga datang dengan membawa dosa kedzaliman. Ia pernah mencerca si ini, menuduh tanpa bukti terhadap si itu, memakan harta si anu, menumpahkan darah orang ini dan memukul orang itu. Maka sebagai tebusan atas kedzalimannya tersebut, diberikanlah di antara kebaikannya kepada si ini, si anu dan si itu. Hingga apabila kebaikannya telah habis dibagi-bagikan kepada orang-orang yang didzaliminya sementara belum semua kedzalimannya tertebus, diambillah kejelekan/ kesalahan yang dimiliki oleh orang yang didzaliminya lalu ditimpakan kepadanya, kemudian ia dicampakkan ke dalam neraka.” (HR Muslim no. 6522)
Di dalam riwayat yang lain, Rasulullah SAW juga bersabda:
“Siapa yang pernah berbuat kedzaliman terhadap saudaranya baik menyangkut kehormatan saudaranya atau perkara-perkara lainnya, maka hendaklah ia meminta kehalalan dari saudaranya tersebut pada hari ini (di dunia) sebelum (datang suatu hari di mana di sana) tidak ada lagi dinar dan tidak pula dirham (untuk menebus kesalahan yang dilakukan, yakni pada hari kiamat). Bila ia memiliki amal shalih diambillah amal tersebut darinya sesuai kadar kedzalimannya (untuk diberikan kepada orang yang didzaliminya sebagai tebusan/pengganti kedzaliman yang pernah dilakukannya). Namun bila ia tidak memiliki kebaikan maka diambillah kejelekan orang yang pernah didzaliminya lalu dipikulkan kepadanya.” (HR Al-Bukhari no. 2449)
Setelah mengetahui kerugiannya diatas, pastinya kita bisa lebih bijak lagi dalam mengelola perasaan kita. Tidak perlu membenci apalagi sampai berlebihan hingga ingin menjatuhkan atau menghancurkan seseorang. Jika tidak menyukai seseorang, nasihatilah dengan penuh cinta dan doakanlah kebaikan untuknya. Semoga bermanfaat!
Loading...