Menurut hitungan manusia, semakin banyak yang bekerja mencari uang, maka rejeki yang diterima akan semakin banyak pula. Begitupun dalam rumah tangga, ketika suami isteri sama-sama bekerja, maka menurut hitungan manusia, rejekinya akan menjadi lebih banyak dibandingkan jika hanya suami atau isteri saja yang bekerja. Padahal kenyataanya, banyak keluarga yang merasa cukup dengan suami saja yang bekerja, bahkan ada yang merasa kurang saja meskipun suami isteri sudah bekerja. Semua itu tentu tergantung pada rasa cukup dan rasa syukur yang ada dalam hati masing-masing keluarga. Mungkin sebagian orang masih saja ngeyel, "Ah, tapi kenyataannya banyak yang menjadi kaya karena suami isteri bekerja." Sungguh, tanpa disadari, mereka lupa pada Allah yang Maha Memberi rejeki. Bukankah Allah sudah berjanji akan menjamin rejeki secara adil kepada semua HambaNya?
“Tidak suatu binatangpun (termasuk manusia) yg bergerak di atas bumi ini yang tidak dijamin oleh Allah rezekinya.”(QS. Hud: 6)
Semua rejeki kita ada dalam jaminan Allah sehingga kita tidak perlu khawatir lagi soal rejeki. Memang benar jika rejeki harus dijemput dengan usaha, akan tetapi usaha yang kita lakukan hanya berapa persennya kok, jadi jangan pernah merasa "SOK" kalau semua rejeki yang Anda peroleh murni karena kegigihan usaha Anda semata. Tahukah Anda bahwa rejeki itu mencari seseorang dan bergerak lebih cepat dari usaha Anda dalam mengejar rejeki.
“Sesungguhnya rezeki itu akan mencari seseorang dan bergerak lebih cepat daripada ajalnya.” HR. Thabrani
Meski rejeki datang mencari kita, bukan berarti kita bisa bermalas-malasan, karena kita tetap diperintahkan untuk berikhtiar menjemput rejeki sebagaimana yang dilakukan oleh Nabi yang merupakan manusia terhormat. Namun selalu yakinkan hati Anda bahwa ketaatan kepada Allah Sang Pemberi Rezeki adalah yang utama dan terpenting dalam menjemput rejeki.
Mengenai masalah rejeki dalam rumah tangga, saya sendiri membuktikan betapa Allah sudah menjamin rejeki hambaNya dengan syarat kita harus sabar dan senantiasa bersyukur.
Saya menikah mulai dari nol dengan suami yang Allah pertemukan kami lewat handphone. Ya, melalui HPlah kami berkenalan dan bertukar pikiran. Dan dari pertanyaan singkat tentang masalah "isteri bekerja"yang saya ajukan padanya inilah yang membuat hati saya merasa "Klop" banget. Saat itu posisi saya bekerja tapi saya berharap agar Allah mempertemukan saya dengan lelaki yang suka dengan wanita rumahan alias tidak bekerja. Bertemu dengannya, saya merasa bahwa inilah sosok yang selama ini ada dalam impian saya. Tak butuh waktu lama, si diapun datang bersama keluarganya untuk melamar saya.
Dan benar, setelah menikah, suami meminta saya untuk tidak bekerja. Ternyata itu tak mudah, seminggu dua minggu masih terasa enjoy, tapi setelah dua bulan berlalu aku yang aslinya sangat aktif banget merasa tidak betah kalau hanya di rumah saja tanpa melakukan aktivitas apapun yang berarti. Diam di rumah membuat saya merasa bodoh dan nggak berkembang. Sempat saya meminta agar diijinkan mencari pekerjaan dan ternyata dia nggak mengijinkan sama sekali. Berbagai alasan coba kukemukakan agar dia mengijinkan aku bekerja, dari mulai biaya yang pasti membengkak ketika ada anak, impian agar bisa mempunyai inilah itulah tetek bengek, eh jawabannya tetap sama "tidak boleh".
Stres banget sudah jelas, ditambah lagi kami dapat kabar membahagiakan, yakni kehamilan anak pertama kami. Bayangan besarnya biaya ini itu sudah di depan mana, mana kami tidak memiliki tabungan sepeserpun lagi, huft... sungguh membuat saya makin stres..
==========================================================================
Babak baru dimulai, tak ingin isteri makin stres, akhirnya suami membuka usaha kecil-kecilan untuk saya, yakni : pengetikan dan rental komputer. Modalnya : komputer milik suami semasa kuliah dan ada sedikit uang untuk membeli printer, scan dan 2 komputer pentium 1 kayaknya di tahun 2004 waktu itu. Bahagia rasanya memiliki kesibukan baru sambil nungguin suami pulang bekerja dari kampus. Namanya usaha masih baru, lumayan banget, pada saat itu saya bisa dapat uang 20 ribu sampai 30 ribu. Duh, seneng banget rasanya bisa dapat uang dari hasil keringat sendiri.
Semakin hari, usahaku semakin dikenal orang sehingga penghasilanku makin meningkat, jadi kurang lebihnya 50 ribuan sehari. Bersyukur banget dech, dari hasil yang kecil itu saya kumpulin dan alhamdulillah bisa buat nambah komputer lagi. Setiap bulan nambah komputer hingga akhirnya berjumlah 6 pc dengan penghasilan juga meningkat antara 30 rb - 75 rb-an lah.
==========================================================================
Karena pada saat itu sudah mulai ada warnet, maka suamipun berinisiatif untuk mengubah usahaku menjadi warnet. Modal nekat banget secara kami tidak memiliki ilmu apapun tentang warnet dan jaringan. Ya sudahlah, bismillah.. jatuh bangun dilalui akhirnya kami mulai memahami bagaimana tentang seluk beluk usaha yang kami jalankan. Dan alhamdulillahnya, usaha pengetikan, rental dan warnet saya mulai memberikan hasil yang lumayan banget, kira-kira 70 rb sampai 120 rb sehari. Menurut saya saat itu sudah sangat lumayan banget. Kehamilanku sudah menua dan aku mulai kewalahan dengan usahaku. Wal hasil disela-sela kesibukannya, suami jugalah yang banyak menghandle pekerjaan saya.
==========================================================================
Ketika anak pertama lahir, saya masih bisa menghandle semuanya, baik tugas rumah tangga maupun pekerjaan di warnet. Namun ketika anak mulai aktif, saya mearsa kewalahan dan kurang bisa fokus mengurus semuanya secara bersamaan. Akhirnya sayapun diskusi sama suami, intinya saya ingin dia resign dari pekerjaannya dan fokus menjalankan usaha di rumah bareng saya. Saat itu suami lumayan galau memilih antara karie atau isteri dan anaknya? lalu diapun bertanya padaku, "Sayang, apa kamu nggak malu kalau suamimu tidak terlihat bekerja lagi dan hanya usaha di rumah?" akupun menjawab, "enggak, kenapa harus mikirin orang lain? ini hidup kita sayang".
Aku tahu, suami masih bingung dengan pendapat orang tentangnya, tapi aku berusaha meyakinkannya bahwa ini demi kebaikan kita semua. Dia tetap bisa bekerja dan mendapatkan uang untuk menafkahi keluarga, semnetara aku bisa fokus dengan tumbuh kembang anak kami.
Mengenai keputusan kami ini, aku juga minta pendapat mertua dan juga orang tuaku sendiri. Dari mertua sich okey saja, karena mereka sendiri juga wiraswasta jadi mereka setuju saja kalau suami mau bekerja di rumah saja. Tapi untuk orang tuaku, ayahku (PNS) dan ibuku usaha di rumah, mereka sepertinya agak keberatan, karena pengennya sich mungkin seperti mereka, suami berkarier di luar dan aku tetap menjalankan usaha rumahan sendiri. Ayahku sendiri sich melunak setelah mendengar alasanku. Tapi ibuku tetap saja menyarankan agar aku tidak menyuruh suami resign. Ini nasihat yang kuingat "Nak, ibarat kaki melangkah, kalau cuma satu saja yang bergerak ya berat, beda kalau dua kaki sama-sama bergerak, pasti akan segera sampai ke tempat tujuan. Sekarang anakmu masih kecil mungkin nggak terasa, tapi nanti kalau anakmu sudah besar dan bertambah, pasti akan butuh biaya banyak. Kayak ayah ibumu gini loh, gaji ayahmu buat sekolah sama makan, penghasilan ibu bisa buat tambah-tambah sama tabungan. Dan akupun tetap pada keputusan kami, "Maaf, Bu, doakan saja ya, ini sudah menjadi keputusan kami, Insya Allah kalau takdirnya kami punya dua penghasilan atau lebih, pasti itu akan kami dapatkan". Pada Akhirnya, ibupun pasrah pada keputusan kami.
=========================================================================
Alhamdulillah, dari usaha kecil-kecilan yang kami jalankan berdua dengan penuh semangat selama kurang lebih 9 tahun, akhirnya kami berhasil memiliki rumah sekaligus usaha baru "RUMAH KOS ZAHRAA". Dengan rumah kos ini, akhirnya impian kami untuk berjalan dengan kaki 2 (dua usaha) terpenuhi, bahkan untuk rumah kos ini, saya bisa mendapatkan penghasilan tiap bulan tanpa harus bekerja. Alhamdulillah.. inilah bukti bahwa Allah sudah menjamin rejeki hambanya. Tidak perlu ngoyo, karena kalau takdir kita memiliki 2 sumber rejeki atau lebih, pastilah itu akan terjadi. Hanya butuh sabar, syukur, ikhtiar dan tentunya doa.
Bahkan selama proses membangun rumah/kos, saya juga mendapatkan kabar gembira karena mulai mendapatkan penghasilan dari Google adsense. Meski tidak besar, tapi lumayan banget secara semua pekerjaan saya lakukan di rumah. Ya, Allah berikan kesempatan pada kami untuk menjemput rejeki kami hanya dari rumah, bukan dari satu atau 2 sumber, tapi lebih dan Insya Allah kami yakin akan terus bertambah asalkan kami mau bersabar dan bersyukur serta ikhtiar.
=========================================================================
Jadi untuk para pasangan suami isteri yang masih galau dengan urusan rejeki, mungkin pengalaman kami bisa menginspirasi kalian semua. Yakinlah bahwa rejeki bukan kalian yang MENENTUKAN, tapi murni ketentuan Allah SWT. Jadi dekatilah Allah Sang maha Pemberi Rejeki dan selalu libatkan Dia dalam setiap keputusan dalam hidupmu. Semoga Allah selalu mudahkan urusanmu dan limpahkan rejeki dari segala penjuru. Aamiin Ya Rabb...
suami isteri bekerja/http://cooperations.wallstreetcn.com |
Semua rejeki kita ada dalam jaminan Allah sehingga kita tidak perlu khawatir lagi soal rejeki. Memang benar jika rejeki harus dijemput dengan usaha, akan tetapi usaha yang kita lakukan hanya berapa persennya kok, jadi jangan pernah merasa "SOK" kalau semua rejeki yang Anda peroleh murni karena kegigihan usaha Anda semata. Tahukah Anda bahwa rejeki itu mencari seseorang dan bergerak lebih cepat dari usaha Anda dalam mengejar rejeki.
“Sesungguhnya rezeki itu akan mencari seseorang dan bergerak lebih cepat daripada ajalnya.” HR. Thabrani
Meski rejeki datang mencari kita, bukan berarti kita bisa bermalas-malasan, karena kita tetap diperintahkan untuk berikhtiar menjemput rejeki sebagaimana yang dilakukan oleh Nabi yang merupakan manusia terhormat. Namun selalu yakinkan hati Anda bahwa ketaatan kepada Allah Sang Pemberi Rezeki adalah yang utama dan terpenting dalam menjemput rejeki.
Mengenai masalah rejeki dalam rumah tangga, saya sendiri membuktikan betapa Allah sudah menjamin rejeki hambaNya dengan syarat kita harus sabar dan senantiasa bersyukur.
Saya menikah mulai dari nol dengan suami yang Allah pertemukan kami lewat handphone. Ya, melalui HPlah kami berkenalan dan bertukar pikiran. Dan dari pertanyaan singkat tentang masalah "isteri bekerja"yang saya ajukan padanya inilah yang membuat hati saya merasa "Klop" banget. Saat itu posisi saya bekerja tapi saya berharap agar Allah mempertemukan saya dengan lelaki yang suka dengan wanita rumahan alias tidak bekerja. Bertemu dengannya, saya merasa bahwa inilah sosok yang selama ini ada dalam impian saya. Tak butuh waktu lama, si diapun datang bersama keluarganya untuk melamar saya.
Dan benar, setelah menikah, suami meminta saya untuk tidak bekerja. Ternyata itu tak mudah, seminggu dua minggu masih terasa enjoy, tapi setelah dua bulan berlalu aku yang aslinya sangat aktif banget merasa tidak betah kalau hanya di rumah saja tanpa melakukan aktivitas apapun yang berarti. Diam di rumah membuat saya merasa bodoh dan nggak berkembang. Sempat saya meminta agar diijinkan mencari pekerjaan dan ternyata dia nggak mengijinkan sama sekali. Berbagai alasan coba kukemukakan agar dia mengijinkan aku bekerja, dari mulai biaya yang pasti membengkak ketika ada anak, impian agar bisa mempunyai inilah itulah tetek bengek, eh jawabannya tetap sama "tidak boleh".
Stres banget sudah jelas, ditambah lagi kami dapat kabar membahagiakan, yakni kehamilan anak pertama kami. Bayangan besarnya biaya ini itu sudah di depan mana, mana kami tidak memiliki tabungan sepeserpun lagi, huft... sungguh membuat saya makin stres..
==========================================================================
Babak baru dimulai, tak ingin isteri makin stres, akhirnya suami membuka usaha kecil-kecilan untuk saya, yakni : pengetikan dan rental komputer. Modalnya : komputer milik suami semasa kuliah dan ada sedikit uang untuk membeli printer, scan dan 2 komputer pentium 1 kayaknya di tahun 2004 waktu itu. Bahagia rasanya memiliki kesibukan baru sambil nungguin suami pulang bekerja dari kampus. Namanya usaha masih baru, lumayan banget, pada saat itu saya bisa dapat uang 20 ribu sampai 30 ribu. Duh, seneng banget rasanya bisa dapat uang dari hasil keringat sendiri.
Semakin hari, usahaku semakin dikenal orang sehingga penghasilanku makin meningkat, jadi kurang lebihnya 50 ribuan sehari. Bersyukur banget dech, dari hasil yang kecil itu saya kumpulin dan alhamdulillah bisa buat nambah komputer lagi. Setiap bulan nambah komputer hingga akhirnya berjumlah 6 pc dengan penghasilan juga meningkat antara 30 rb - 75 rb-an lah.
==========================================================================
Karena pada saat itu sudah mulai ada warnet, maka suamipun berinisiatif untuk mengubah usahaku menjadi warnet. Modal nekat banget secara kami tidak memiliki ilmu apapun tentang warnet dan jaringan. Ya sudahlah, bismillah.. jatuh bangun dilalui akhirnya kami mulai memahami bagaimana tentang seluk beluk usaha yang kami jalankan. Dan alhamdulillahnya, usaha pengetikan, rental dan warnet saya mulai memberikan hasil yang lumayan banget, kira-kira 70 rb sampai 120 rb sehari. Menurut saya saat itu sudah sangat lumayan banget. Kehamilanku sudah menua dan aku mulai kewalahan dengan usahaku. Wal hasil disela-sela kesibukannya, suami jugalah yang banyak menghandle pekerjaan saya.
==========================================================================
Ketika anak pertama lahir, saya masih bisa menghandle semuanya, baik tugas rumah tangga maupun pekerjaan di warnet. Namun ketika anak mulai aktif, saya mearsa kewalahan dan kurang bisa fokus mengurus semuanya secara bersamaan. Akhirnya sayapun diskusi sama suami, intinya saya ingin dia resign dari pekerjaannya dan fokus menjalankan usaha di rumah bareng saya. Saat itu suami lumayan galau memilih antara karie atau isteri dan anaknya? lalu diapun bertanya padaku, "Sayang, apa kamu nggak malu kalau suamimu tidak terlihat bekerja lagi dan hanya usaha di rumah?" akupun menjawab, "enggak, kenapa harus mikirin orang lain? ini hidup kita sayang".
Aku tahu, suami masih bingung dengan pendapat orang tentangnya, tapi aku berusaha meyakinkannya bahwa ini demi kebaikan kita semua. Dia tetap bisa bekerja dan mendapatkan uang untuk menafkahi keluarga, semnetara aku bisa fokus dengan tumbuh kembang anak kami.
Mengenai keputusan kami ini, aku juga minta pendapat mertua dan juga orang tuaku sendiri. Dari mertua sich okey saja, karena mereka sendiri juga wiraswasta jadi mereka setuju saja kalau suami mau bekerja di rumah saja. Tapi untuk orang tuaku, ayahku (PNS) dan ibuku usaha di rumah, mereka sepertinya agak keberatan, karena pengennya sich mungkin seperti mereka, suami berkarier di luar dan aku tetap menjalankan usaha rumahan sendiri. Ayahku sendiri sich melunak setelah mendengar alasanku. Tapi ibuku tetap saja menyarankan agar aku tidak menyuruh suami resign. Ini nasihat yang kuingat "Nak, ibarat kaki melangkah, kalau cuma satu saja yang bergerak ya berat, beda kalau dua kaki sama-sama bergerak, pasti akan segera sampai ke tempat tujuan. Sekarang anakmu masih kecil mungkin nggak terasa, tapi nanti kalau anakmu sudah besar dan bertambah, pasti akan butuh biaya banyak. Kayak ayah ibumu gini loh, gaji ayahmu buat sekolah sama makan, penghasilan ibu bisa buat tambah-tambah sama tabungan. Dan akupun tetap pada keputusan kami, "Maaf, Bu, doakan saja ya, ini sudah menjadi keputusan kami, Insya Allah kalau takdirnya kami punya dua penghasilan atau lebih, pasti itu akan kami dapatkan". Pada Akhirnya, ibupun pasrah pada keputusan kami.
=========================================================================
Alhamdulillah, dari usaha kecil-kecilan yang kami jalankan berdua dengan penuh semangat selama kurang lebih 9 tahun, akhirnya kami berhasil memiliki rumah sekaligus usaha baru "RUMAH KOS ZAHRAA". Dengan rumah kos ini, akhirnya impian kami untuk berjalan dengan kaki 2 (dua usaha) terpenuhi, bahkan untuk rumah kos ini, saya bisa mendapatkan penghasilan tiap bulan tanpa harus bekerja. Alhamdulillah.. inilah bukti bahwa Allah sudah menjamin rejeki hambanya. Tidak perlu ngoyo, karena kalau takdir kita memiliki 2 sumber rejeki atau lebih, pastilah itu akan terjadi. Hanya butuh sabar, syukur, ikhtiar dan tentunya doa.
Bahkan selama proses membangun rumah/kos, saya juga mendapatkan kabar gembira karena mulai mendapatkan penghasilan dari Google adsense. Meski tidak besar, tapi lumayan banget secara semua pekerjaan saya lakukan di rumah. Ya, Allah berikan kesempatan pada kami untuk menjemput rejeki kami hanya dari rumah, bukan dari satu atau 2 sumber, tapi lebih dan Insya Allah kami yakin akan terus bertambah asalkan kami mau bersabar dan bersyukur serta ikhtiar.
=========================================================================
Jadi untuk para pasangan suami isteri yang masih galau dengan urusan rejeki, mungkin pengalaman kami bisa menginspirasi kalian semua. Yakinlah bahwa rejeki bukan kalian yang MENENTUKAN, tapi murni ketentuan Allah SWT. Jadi dekatilah Allah Sang maha Pemberi Rejeki dan selalu libatkan Dia dalam setiap keputusan dalam hidupmu. Semoga Allah selalu mudahkan urusanmu dan limpahkan rejeki dari segala penjuru. Aamiin Ya Rabb...
Loading...