Rezeki Itu Hak Allah, Jangan Pernah "Ndhisiki Kerso" Alias Mendahului Kehendak Allah

Kita semua percaya bahwa rejeki itu haknya Allah dan Dia berhak memberikan kepada siapapun yang dikehendakinya dengan jalan apapun. Sayangnya kita seringkali lupa atau cenderung meremehkan, sehingga ketika menginginkan sesuatu (rejeki), maka kita hanya akan berusaha sekuat tenaga untuk mendapatkannya. Kita abaikan Allah yang Maha memiliki segala apa yang di langit dan di bumi ini, kita lupa melibatkanNya dalam usaha kita. Padahal kalau kita tahu, apa sich yang tidak bisa Allah lakukan untuk kita? Sungguh, urusan rejeki itu urusan kecil bagi Allah Subhanallahu Wa Taala. Tapi sekali lagi, begitulah kita yang kadang selalu merasa Pede dan menganggap bahwa semua bisa terjadi dengan usaha dan kerja keras kita. Begitu sombongnya sehingga kita lupa bahwa semua tak akan pernah bisa terjadi jika tanpa Ijin Allah. Dan, betapa Maha pengampun dan Maha Pemurahnya Allah karena Dia masih saja mengampuni dan membimbing kita agar selalu kembali ke jalanNya.
 Mengenai masalah rejeki, saya sendiri pernah memiliki pengalaman yang sungguh sangat ajaib, karena meskipun percaya pada takdir Allah, namun ada terbersit rasa yach boleh dibilang "tidak sabar".
Ini Kisah Tentang Tanah Impian
Di tahun 2010-an lalu, saya masih memiliki 2 anak. Nah, pada saat itu, saya suka sekali mendengarkan ceramahnya Ustadz Yusuf Mansyur yang tentang shalawat mempercepat datangnya rejeki kalau tidak salah di ANTV. Pada ceramahnya tersebut, Ustadz meyakinkan untuk kita selalu melibatkan Allah, Allah dan Allah. Ketika kita menginginkan sesuatu, kita bisa shalawatin dan berdoa serta pasrah kepada Allah. Alhamdulillah, tausiahnya sangat menginspirasi banget dan kita coba terapkan. Waktu itu, kita hanya berangan-angan saja, seandainya punya rumah kos-kosan di sini, pasti enak banget, secara rumah kita dekat dnegan RSUD, Kampus Muhammadiyah, Mall-Mall besar dan masih banyak pabrik-pabrik. Meski tak yakin karena penghasilan kami sangat jauh banget untuk bisa beli rumah, tabungan? duh boro-boro, tabungan paling cuma puluhan juta aja dan itupun sering keambil hihihi...
Setiap kali kita membahas impian kami, tapi ya cuma sekedar membahas saja sambil ngayal-ngayal aja, kira-kira dimana ada tanah kosong yang kelak bisa kita beli (sungguh, hayalan tingkat dewa). Walhasil, ada satu tanah kosong yang tersisa diantara tanah-tanah yang sudha ada pemiliknya. Hanya tersisa di bagian pojok dan itu lama sekali tidak ada yang berminat membelinya. Iseng-iseng aku sama suami nembak tuh tanah untuk kelak bisa kita miliki. "Kita shalawatin aja yuk, sayang, siapa tahu beneran kita bisa memilikinya,"ajak suami kala itu. Dan setiap kali kami lewat, kami selalu shalawatin dan berdoa semoga kelak tanah ini bisa jadi milik kami. Dalam shalat, suami tak lupa ingatkan aku tentang impian itu dan akupun selipkan impian itu dalam doaku. Nggak tahu berapa lama kami lakukan itu, hingga suatu saat kami mendengar tanah itu akan dimiliki si inilah, si itulah, yang jelas ada kabar simpang siur. Dan pada saat itu kami tak putus asa berdoa dan shalawat, kami yakin bahwa yang namanya rejeki itu rahasia Allah. Jadi bisa jadi dia yang beli, nanti dia nggak cocok dan akhirnya jadi milik kami, halah... padahal duit juga belum punya he he he...
=========================================================================
Tepat pada tahun 2011 awal, adik ipar atau adik suami berniat membeli tanah yang kami impikan diam-diam. Setelah tanya-tanya pada saudara sang empunya tanah tersebut, kami tahu kalau harga tanah tersebut 90 juta. Semua keluarga sudah setuju saja adik deal beli tanah tersebut, tapi ternyata pihak keluarga isteri adik kurang setuju karena terlalu mahal, ntar takutnya dananya tidak cukup buat bangun rumah. Entah ide darimana, suami tiba-tiba mengajukan buat beli parohan alias patungan. Awalnya adik setuju aja, eh besuknya berubah pikiran jadi nggak setuju. Sempet putus asa kami karena impian yang hampir di depan mata akhirnya pupus. Akhirnya ya sudahlah pasrah aja, kita tetap berusaha nabung dengan harapan bisa membeli tanah tersebut meskipun yach harapan itu lumayan tipis. Bagaimana tidak, setelah kami batal beli tanah tersebut, konon ada beberapa yang berminat membelinya.
=========================================================================
Tahun 2012 awal, aku mulai optimis lagi karena sebentar lagi mungkin tabungan kami cukup buat beli tuh tanah. Udah optimis banget dan semangat, kami perkirakan akhir tahun inilah uang kami cukup, kalaupun kurang sedikit kan bisa nanti ngutang ke orang tua atau siapalah gitu. Iseng-iseng, suami mengutarakan keinginannya pada kakak dan orang tua, dan mereka langsung setuju saja. Tak butuh waktu lama, si Kakak ipar langsung minta dihubungkan sama sang Empunya tanah yang kebetulan teman dari tetangga kami. Si Empunya tanah kebetulan tinggal di Malang dan saat dihubungi, dia masih belum bisa datang, katanya lagi, suatu saat kalau datang, dia akan menemui kami.
Lama tak ada kabar, kamipun cemas, takutnya ntar diberikan sama orang lain. Ternyata menurut tetangga kami, orang tersebut lagi sibuk. Ya sudahlah, kamipun tenang-tenang saja, kalau rejeki pasti takkan kemana. Entah karena kecapekan atau gimana, tiba-tiba tubuh saya terasa loyo dan tak bertenaga. Si anak kedua saya yang kala itu berumur 1,3 bulan mendadak muntah-muntah saat minum ASI. Sempat bingung saat periksa ke DSA, karena katanya si anak cuma demam biasa. Sampai ganti 2 dokter,. tetap saja hasilnya sama, sembuh, tapi kumat lagi. Akhirnya saya berinisiatif membawanya ke RSUD dan setelah dicek ini itu, ternyata memang tidak ada masalah. Pulang dari UGD, entah karena merasa ketakutan saat diambil darahnya, mendadak si tengah langsung sehat seperti sedia kala. Alhamdulillah
Sayanya justru sebaliknya, makin lemas dan tak bertenaga, bahkan muntah-muntah. Duh, ada apa dengan saya, pikir saya, mungkin kecapekan dan stress karena anak sakit. Tapi makin hari bukannya makin sembuh, muntah-muntahnya makin menjadi, terutama saat mencium bau makanan. Karena curiga, suamipun membelikan tespack dan hasilnya... jeng.. jeng.. POSITIF! Bukannya bahagia, tapi kami berdua malah merasa sedih. Bagaimana tidak? Si kakaknya masih belum genap 2 tahun, pikir kami kan kasihan banget kalau sampai kesundulan dan yang kedua, jelas impian kami untuk memiliki tuh tanah akan pupus. Baru saja duit akan cukup buat beli tanah, lah ini tahu-tahu hamil, entah nanti berapa banyak uang yang harus dikeluarkan untuk biaya persalinan, untuk aqiqah, untuk keperluan bayi.
"Ah, ya sudahlah, Sayang, kayaknya Allah memang belum mengijinkan kita memiliki tanah, "ujar suami pasrah.
Saya hanya bisa menangis sedih, entahlah yang jelas hati saya terasa nelangsa, apa iya kami nggak berhak untuk bahagia. Anak kami sudah dua, ini mau tiga, tidak bolehkah kami memiliki rumah sendiri, Ya Rabb!"bisik saya dalam hati.
Sebulan, dua bulan dan tiga bulan berlalu dengan apa adanya. Meski kurang begitu semangat, namun saya tetap memeriksakan kehamilan setiap bulannya. Dan tepat di kehamilan yang ke 5 bulan, dokter memberikan kabar bahagia bahwa janin yang ada dalam kandungan saya adalah CEWEK. Ya Rabb... inilah kejutan yang hendak Engkau berikan? Setelah sebelumnya anak kedua saya Engkau ambil, saya memang sudah ikhlas dan tak berharap lagi mendapat ganti anak perempuan, karena bagi kami Zahraa Nabila takkan pernah tergantikan.Tapi ini, Ya Rabb, ampuni kami yang tak pernah memahami rencana indahmu ini,"bisik saya dalam hati.
Sejak kabar dari dokter, saya dan suami mulai move on dan tak berharap lagi untuk bisa memiliki tanah tersebut. Kami yakin hadiah indah ini pasti lebih berharga dari sekedar tanah tersebut. Kami lewati semuanya dengan bahagia dan tanpa beban. Bekerja bersama di rumah, nabung dan berdoa agar diberikan yang terbaik. Tepat di usia kehamilan 39 minggu, akupun bersiap melahirkan secara caesar karena memang 2 kehamilan sebelumnya secara caesar dan dalam jarak yang sangat dekat. Alhamdulillah, semuanya berjalan dengan lancar dan tak ada satu kendala apapun. Bahkan, tepat 7 hari kelahiran si baby cantik, kami juga menyelenggarakan acara aqiqah sebagaimana baby saya yang lainnya. Capek tapi merasa lega karena berhasil menjalankan semuanya dengan sempurna.
==========================================================================
Keesokan harinya, tanpa disangka dan diduga, ada tamu yang sungguh menurut saya sangat tak saya harapkan, yakni si Empunya Tanah yang pengeen banget saya miliki. Gimana mau ngarep, orang duit tabungan sudah kepake untuk biaya persalinan, aqiqah dan tetek bengek yang lainnya. Saat itu saya nggak yakin banget kalau duit saya cukup buat membayar tanahnya. Tapi entah kenapa tuh Empunya merasa sreg kalau tanahnya dibeli sama keluarga kami. "Ya Rabb, duit mana lagi yang harus aku pakai,"pikirku. Si mertua nggak mau tahu, dia sudah mearsa sreg aja, urusan duit mah katanya urusan belakangan. Gila banget dech, suamipun begitu, dia nggak peduli, bismillah saja.. semoga memang rejeki kita. Huhuhu... beneran aku makin nangis kenceng waktu itu, aku merasa takut ntar nambah utang agi, apa yang mau dipake buat bayar secara anak juga lagi banyak biayanya. Doa terus dan terus berdoa, itu yang bisa kulakukan.
Dan yang terjadi menurutku malah makin mengecewakan, karena Si Empunya Tanah yang awalnya minta 90 juta, tiba-tiba minta diukur tanahnya, karena dia merasa tanahnya masih ada lebihnya, jadi menurutnya, kalau diukur jatuhnya akan lebih dari 90 juta. Kecewa sudah pasti, 90 juta aja kami belum tentu ada duitnya, eh ini minta diukur lagi. Ya Allah... entahlah, kalau lebihnya banyak, sepertinya kami gagal memiliki tanah tersebut. Aku dan suami benar-benar sudah pesimis, tapi mertua bilang, ini rejekimu, biarlah, lebih sedikit gak appa, daripada harus beli tanah jauh-jauh dari kami.
Setelah diukur oleh pihak kelurahan dan hitung-hitungan, saya melihat suami pulang dnegan wajah sumringah. Entah saya masih penasaran apa yang terjadi, yang jelas dia nampak bahagia banget. Dan ternyata, rencana Allah memanglah sungguh INDAH. Setelah diukur, ternyata harga tanah tersebut jatuhnya lebih murah, menjadi 88 juta. Masya Allah... dan akhirnya DEAL dech, tinggal ngitung duit kami nih..
Setelah menjual beberapa tabungan emas, sayapun menghitung berapa total uang yang kami miliki dan alhamdulillah.. ternyata duitnya PAS banget, hanya lebih 500 ribuan, lumayan cukup buat modal hidup kami selanjutnya hihihi...
=========================================================================
Dari kisah kami diatas, bisa diambil pelajaran bahwa kita tetap tidak boleh mendahului alias Ndhisiki kersone Gusti Allah. Percayalah bahwa rencana Allah pastilah Indah untuk kita dan bahwa Allah sangat mengerti apa yang kita butuhkan. Shalawat membantu juga dalam mempercepat doa kita kepada Allah. Jadi, jangan pernah berburuk sangka pada Allah. Sungguh, rejeki itu haknya Allah, kita manusia bisa berencana, toh Allah jugalah yang menentukan. Saya mengira uang tabungan saya akan habis karena kelahiran bayi, eh Allah justru menunjukkan kuasanya bahwa bayiku tak mengambil sedikitpun dari tabunganku, justru setelah semuanya beres, Allah masih mampukan kami membeli tanah tersebut. Ampunilah Hambamu Ya Rabb... Sejak kejadian ini, saya semakin yakin dan yakin akan kuasa Allah Subhanallahu Wa Taala. Setelah 9 tahun menikah dan memiliki 3 orang anak, akhirnya Allah mampukan kami untuk memiliki tanah yang akan menjadi tempat berteduh buat keluarga kecil kami.

Loading...
Previous
Next Post »